Perkenalkan namaku Mahesa, saat ini aku masih kuliah semester akhir di salah satu perguruan negeri yang terkenal di kota gudeg. Banyak yang bilang aku ini mirip salah satu aktor terkenal dari Amerika namanya Antonio Banderas, makanya tidak heran banyak teman wanita yang dekat bahkan juga ingin menjadi pacarku. Tapi pada prinsipnya, aku tidak akan menjalin asmara dengan wanita manapun sebelum selesai kuliahku.
Oke langsung saja, aku akan menceritakan kisah indahku bersama Anggi Kirana. Malam itu aku sedang mempersiapkan segala sesuatunya yang akan di bawa besok. Rencananya besok aku akan pergi ke karawang untuk menghadiri acara pernikahan sepupu disana. Karena waktu itu kuliah dalam masa libur sehabis ujian, maka aku berniat untuk tinggal di rumah sepupuku itu selama seminggu, itung-itung sekalian liburan disana.
Pagi itu aku berangkat jam 07.00 dengan menggunakan bus jurusan Jakarta. Singkat cerita, setelah kira-kira 10 jam duduk di dalam bus, akhirnya aku sampai juga di tempat tujuan. Di rumah sepupuku sudah banyak sodara kami yang berkumpul. Rencana akad nikahnya besok jam 09.00 pagi. Karena saking capeknya, setelah berjabat tangan dengan sanak sodara aku langsung saja menuju kamar yang memang sudah di sediakan buat aku selama tinggal disana. Begitu masuk kamar aku langsung bersih-bersih badan dan langsung tidur karena saking capeknya 10 jam menempuh perjalanan tadi.
Sekitar jam 06.00 pagi aku bangun dan langsung menuju teras rumah untuk menghirup udara segar. Sedang asyik-asyiknya menikmati udara segar, tiba-tiba aku di kagetkan oleh seseorang disampingku. “Permisi, apa ini benar rumahnya Mbak Reni?”, sapanya lembut. Sepupuku memang namanya Reni, umur dia lebih tua dari aku 5 tahun.
Antara keluargaku dan keluarga Mbak Reni memang sangat akrab. “Iya benar, kamu siapa ya?”, tanyaku.
“Aku Anggi mas, yang mau ngerias Mbak Reni”, balesnya. “Oh ya silahkan masuk Mbak Anggi, nanti Mbak Reninya tak panggilin”, kataku.
Jujur, sejak pertama tadi aku melihat Anggi, tidak tau kenapa jantungku seperti tersentuh sesuatu sehingga membuat detak jantungku berdegup lebih kencang dan tidak beraturan. Anggi sangat cantik dan mempesona.
Badannya padat berisi, matanya indah seperti rembulan malam, wajahnya ayu sensual, dan yang tidak ketinggalan sepasang bukit kembar di dadanya yang sangat memukau. Entah kenapa baru pertama melihat dia saja aku sudah terpana, ingin sekali rasanya mengenal dia lebih dekat lagi.
Jam sudah menunjukan pukul 07.00, Anggi sibuk menata rias sepupuku di kamar depan, sedangkan yang lain sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk acara hari ini. Setelah Mbak Reni selesai di rias, Anggi mohon pamit untuk pulang, sayang sekali aku belum sempat kenalan dengan dia. Jam sudah menunjukan pukul 08.30, seisi rumah berbondong-bondong pergi ke KUA untuk acara ijab kabul, sedangkan aku sendiri dapat tugas menjaga rumah sendirian.
Setelah selesai semua persiapannya, aku berniat mau mandi karena gerah, namun tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara ketukan pintu. Nampaknya ada tamu, langsung saja aku bukakan pintu, ternyata yang datang Mbak Anggi bro.
“Eh Mbak Anggi, ada yang ketinggalan Mbak? Kok balik lagi?”, tanyaku.
“Enggak Mas, ini cuma mau ngasih nota riasnya Mbak Reni”, balesnya.
“Oh gitu, yasudah sini masuk dulu Mbak, biar aku buatkan minum”, ajakku. “Terimakasih Mas”, timpalnya.
Anggi duduk di ruang tamu sembari menunggu aku yang sedang membuatnya minum. Setelah selesai aku langsung menuju ruang tamu menemui Anggi. “Terimakasih Mas, jadi ngrepotin”, katanya.
“Ah enggak kok Mbak, cuma teh hangat saja kok”, balesku.
“Kok sepi Mas, yang lain ikut ke KUA semua?”, tanyanya.
“Iya nih Mbak, cuma aku yang kebagian jaga rumah’, balesku. Sembari nunggu rombongan pulang dari KUA, kuhabiskan waktuku untuk ngobrol ngalor ngidul dengan Anggi, sampai akhirnya kami jadi semakin akrab.
“Boleh ngomong sesuatu nggak Mbak?”, kataku.
“Mau ngomong apa Mas?”, balesnya. “Mbak Anggi cantik banget”, kataku.
“Ah Mas ini ada-ada saja”, balesnya mesem.
“Aku jujur Mbak, ngapain juga aku bohong”, balesku meyakinkan. “Aku ini waria loh Mas”, jawabnya.
“Iya aku tau, tapi aku melihat Mbak Anggi parasnya wanita banget”, balesku. Anggi hanya tersenyum dan pamit pulang, katanya dia harus ngerias kliennya yang lain, kalau nunggu rombongan sodaraku pulang entar malah bisa telat. Makanya nanti Mbak Reni di suruh datang ke kosannya saja. Namun sebelum pulang kami sempat tukeran pin BB terlebih dahulu.
Malam harinya Mbak Reni menyuruhku untuk mengantar uang bayaran riasnya Anggi ke kosannya, padahal aku kan tidak tau tempat kosnya. Ahirnya aku BBM dia untuk ngasih tau alamat kosnya.
Setelah muter-muter nyari tempat kosnya, ahirnya ketemu juga. Kuketuk pintunya namun Anggi tak kunjung keluar, mungkin dia lagi mandi, karena aku dengar guyuran air di dalam kamarnya. Ternyata benar, tidak lama kemudian Anggi keluar dengan hanya menggunakan baju handuk serta melilitkan handuk di kepalanya. Mataku terbelalak melihatnya, Anggi nampak cantik dan sexy sekali sehabis mandi.
Pagi itu aku berangkat jam 07.00 dengan menggunakan bus jurusan Jakarta. Singkat cerita, setelah kira-kira 10 jam duduk di dalam bus, akhirnya aku sampai juga di tempat tujuan. Di rumah sepupuku sudah banyak sodara kami yang berkumpul. Rencana akad nikahnya besok jam 09.00 pagi. Karena saking capeknya, setelah berjabat tangan dengan sanak sodara aku langsung saja menuju kamar yang memang sudah di sediakan buat aku selama tinggal disana. Begitu masuk kamar aku langsung bersih-bersih badan dan langsung tidur karena saking capeknya 10 jam menempuh perjalanan tadi.
Sekitar jam 06.00 pagi aku bangun dan langsung menuju teras rumah untuk menghirup udara segar. Sedang asyik-asyiknya menikmati udara segar, tiba-tiba aku di kagetkan oleh seseorang disampingku. “Permisi, apa ini benar rumahnya Mbak Reni?”, sapanya lembut. Sepupuku memang namanya Reni, umur dia lebih tua dari aku 5 tahun.
Antara keluargaku dan keluarga Mbak Reni memang sangat akrab. “Iya benar, kamu siapa ya?”, tanyaku.
“Aku Anggi mas, yang mau ngerias Mbak Reni”, balesnya. “Oh ya silahkan masuk Mbak Anggi, nanti Mbak Reninya tak panggilin”, kataku.
Jujur, sejak pertama tadi aku melihat Anggi, tidak tau kenapa jantungku seperti tersentuh sesuatu sehingga membuat detak jantungku berdegup lebih kencang dan tidak beraturan. Anggi sangat cantik dan mempesona.
Badannya padat berisi, matanya indah seperti rembulan malam, wajahnya ayu sensual, dan yang tidak ketinggalan sepasang bukit kembar di dadanya yang sangat memukau. Entah kenapa baru pertama melihat dia saja aku sudah terpana, ingin sekali rasanya mengenal dia lebih dekat lagi.
Jam sudah menunjukan pukul 07.00, Anggi sibuk menata rias sepupuku di kamar depan, sedangkan yang lain sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk acara hari ini. Setelah Mbak Reni selesai di rias, Anggi mohon pamit untuk pulang, sayang sekali aku belum sempat kenalan dengan dia. Jam sudah menunjukan pukul 08.30, seisi rumah berbondong-bondong pergi ke KUA untuk acara ijab kabul, sedangkan aku sendiri dapat tugas menjaga rumah sendirian.
Setelah selesai semua persiapannya, aku berniat mau mandi karena gerah, namun tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara ketukan pintu. Nampaknya ada tamu, langsung saja aku bukakan pintu, ternyata yang datang Mbak Anggi bro.
“Eh Mbak Anggi, ada yang ketinggalan Mbak? Kok balik lagi?”, tanyaku.
“Enggak Mas, ini cuma mau ngasih nota riasnya Mbak Reni”, balesnya.
“Oh gitu, yasudah sini masuk dulu Mbak, biar aku buatkan minum”, ajakku. “Terimakasih Mas”, timpalnya.
Anggi duduk di ruang tamu sembari menunggu aku yang sedang membuatnya minum. Setelah selesai aku langsung menuju ruang tamu menemui Anggi. “Terimakasih Mas, jadi ngrepotin”, katanya.
“Ah enggak kok Mbak, cuma teh hangat saja kok”, balesku.
“Kok sepi Mas, yang lain ikut ke KUA semua?”, tanyanya.
“Iya nih Mbak, cuma aku yang kebagian jaga rumah’, balesku. Sembari nunggu rombongan pulang dari KUA, kuhabiskan waktuku untuk ngobrol ngalor ngidul dengan Anggi, sampai akhirnya kami jadi semakin akrab.
“Boleh ngomong sesuatu nggak Mbak?”, kataku.
“Mau ngomong apa Mas?”, balesnya. “Mbak Anggi cantik banget”, kataku.
“Ah Mas ini ada-ada saja”, balesnya mesem.
“Aku jujur Mbak, ngapain juga aku bohong”, balesku meyakinkan. “Aku ini waria loh Mas”, jawabnya.
“Iya aku tau, tapi aku melihat Mbak Anggi parasnya wanita banget”, balesku. Anggi hanya tersenyum dan pamit pulang, katanya dia harus ngerias kliennya yang lain, kalau nunggu rombongan sodaraku pulang entar malah bisa telat. Makanya nanti Mbak Reni di suruh datang ke kosannya saja. Namun sebelum pulang kami sempat tukeran pin BB terlebih dahulu.
Malam harinya Mbak Reni menyuruhku untuk mengantar uang bayaran riasnya Anggi ke kosannya, padahal aku kan tidak tau tempat kosnya. Ahirnya aku BBM dia untuk ngasih tau alamat kosnya.
Setelah muter-muter nyari tempat kosnya, ahirnya ketemu juga. Kuketuk pintunya namun Anggi tak kunjung keluar, mungkin dia lagi mandi, karena aku dengar guyuran air di dalam kamarnya. Ternyata benar, tidak lama kemudian Anggi keluar dengan hanya menggunakan baju handuk serta melilitkan handuk di kepalanya. Mataku terbelalak melihatnya, Anggi nampak cantik dan sexy sekali sehabis mandi.
Huff
BalasHapus