Namaku Mahesa, saat ini aku tinggal di kota yang memegang teguh budaya jawa, ialah Yogyakarta. Cerita yang akan aku paparkan ini mengisahkan hubunganku dengan kawan kecilku yang dulu selalu bersama dalam menghabiskan waktu bermain, namun sayang kebersamaan kita harus putus ketika kita menginjak kelas 2 SD lantaran aku harus pindah ke Jogja bersama keluarga. Untuk lebih jelasnya kita langsung saja ke alur cerita.
Dulu, semasa kecil aku mempunyai seorang kawan yang setiap hari selalu bersama dalam menghabiskan waktu bermain, kita sudah seperti sodara sendiri, makanya tidak heran setiap sekolah libur pasti kawanku itu menginap di rumahku, atau aku yang menginap di rumahnya. Namun kebersamaan itu tidak berlangsung lama, karena ketika aku menginjak kelas 2 SD harus pindah ke Jogja karena Ayahku yang di pindah tugaskan disana.
Dengan berat hati aku meninggalkan dia untuk waktu yang lama, atau bahkan mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi. Hari-hari selanjutnya setelah aku menetap di Jogja, kita tidak pernah ada contak lagi, maklum waktu itu handphone atau media sosial belum terlalu marak, pikirku mungkin memang sudah takdirnya kita harus loscontak dan hanya bisa memendam kenangan kebersamaan itu dalam sweet memory.
Kiti aku sudah duduk di bangku perguruan tinggi, memory dulu yang sempat aku pendam kembali muncul di peredaran otakku. Rasanya ingin sekali tau kabar dan keadaan kawanku itu sekarang. Di jaman yang sekarang sudah sangat modern dengan segala sesuatunya dimudahkan oleh alat komunikasi dan media sosial, aku mencoba memanfaatkannya. Kucari kawanku itu melalui facebook, twitter, instagram, dan berbagai macam media sosial lainnya. Namun alhasil aku belum bisa menemukannya.
Sampai suatu hari aku iseng-iseng masuk forum perkumpulan waria di salah satu media sosial facebook, aku menemukan sosok waria yang sangat ayu dan mempesona, menurut taksiranku usianya sepantar denganku. Aku mencoba untuk menginbox dia dengan tujuan mengenalnya. Namun sayang dia tidak membalas inboxku sama sekali, yasudah lah tidak apa-apa, batinku. Seminggu setelah aku menginbox dia, ternyata dia membalasnya, “Kamu Mahesa teman akrabnya *sensor* waktu kecil ya?”, itulah balasan inbox dari dia pertama kali. Aku kaget kok dia bisa tau nama kawan kecilku dulu.
Setelah kita mengobrol cukup banyak, ternyata dia itu kawan kecilku dulu, kawan yang selalu bersama dalam menghabiskan waktu bermain. Aku sempat tidak percaya, kawanku itu sekarang menjadi seorang waria yang cantik, anggun, dan mengenakkan mata memandang. Buatku sih tidak masalah, yang terpenting tali persahabatan kita tidak akan pernah putus. Setelah kita melepas kangen lewat inbox, dan juga banyak cerita tentang kehidupan kita masing-masing selama terpisah, akhirnya kita kita sepakat untuk bertemu untuk saling jumpa kangen. Dan dari pengakuannya sekarang kawanku itu kost di cimahi. Aku berniat mengunjunginya pada liburan semester ini.
Singkat cerita, waktu itu pun tiba, aku berniat ke cimahi selama seminggu untuk menemui kawanku itu. Setelah sampai disana, aku mencari alamat kostnya yang di kasihkan dia waktu itu. Kutemukan alamatnya di salah satu kost yang kelihatannya termasuk kost elit. Aku mencoba mengetuk pintu salah satu kamar dari kost itu. Kaget bukan main, ketika pintu kamar di buka, seorang berparas cantik langsung memelukku.
“Mahesa, aku kangen sama kamu”, katanya dalam pelukku. “A..aaa..aa..a..maaf”, balesku terbata-bata. “Ini aku Mahesa, temanmu waktu kecil dulu”, jawabnya sembari melepas pelukan.
Sejenak aku pandangi tubuh dia dari ujung kaki sampai ujung rambut, waktu itu ia mengenakan celana pendek ketat dan tangtop. “Kamu berubah banget”, kataku.
“Aku yang sekarang memang beda, tapi aku harap kamu tidak membenciku”, balesnya.
“Hehehe, siapa juga yang membencimu, pokoknya sampai kapanpun kita temenan”, kataku.
Dia tersenyum dan mengajakku masuk ke kamar kosnya. Di dalam semuanya tertata sangat rapi dan wangi. Kupandangi foto-fotonya yang tertempel di dinding, dan dalam batinku aku mengatakan “Ternyata kamu cantik, bahkan lebih dari cantik”. Memang sungguh dia sekarang sangatlah cantik, ditambah putih dan juga kedua buah dadanya yang menonjol pasti membuat pria sulit untuk membedakan waria dan wanita. Aku baru tau sekarang dia ganti nama menjadi LUNA.
Singkat cerita, sudah hampir seminggu aku tinggal di situ. Ngobrol bareng, becanda bareng, makan bareng, dan bahkan tidur bareng juga dalam seranjang. Namun kita tidak melakukan hal yang intim selama itu, karena selain kita sahabatan, dalam hati kecilku pun tidak ada niat sedikitpun untuk memanfaatkan tubuh Luna. Entah bisikkan darimana kejadian itu terjadi juga. Waktu itu adalah malam terahir aku nginap di kostnya. Sebelum tidur kita ngobrol ngalor ngidul sampai tiba-tiba dia memelukku dan menangis. Setelah kutanya kenapa Luna menangis, dia menjawab kalau beberapa minggu lalu baru saja di tinggal kekasihnya. Aku mencoba menenangkan hatinya dan menghapus air matanya. “Aku harap kamu jangan sampai ninggalin aku juga ya Mahesa”, katanya lirih.
“Iya, kita bakal sahabatan sampai bulan dan bintang hilang senyumnya”, balesku. “Terimakasih Mahesa”, kata Luna tersenyum. Tiba-tiba suasana terasa sunyi, namun mata kami saling menatap dalam-dalam. Entah siapa yang mulai duluan bibir kami sudah saling bertemu begitu saja. Secara refleks tanganku juga tidak tinggal diam, kuraba kedua buah dada Luna yang sangat indah itu. Luna hanya mendesah dan menggelinjang kecil. Malam itu ia mengenakan celana pendek ketat dan kaos singlet. “Enggghhhh..Aghhhhhh”, desahannya lirih. Tangan Luna juga tidak tinggal diam, ia mencoba mencari tonjolan yang ada di selangkanganku.Dia mencoba mengusap-usap lembut batangku dari luar celana. Kulepaskan ciumanku di bibirnya seraya berkata.
“Seharusnya ini tidak boleh terjadi Luna”, kataku.
“Aku sayang kamu Mahesa”, katanya dengan mata sayup.
Mendengar katanya membuatku terlena dengan yang seharusnya tidak kita lakukan. Bibir kita kembali bertemu cukup lama.
Tiba-tiba dia melepas kaos singletnya, terpampanglah kedua bukit indahnya yang masih di balut bh. Tanpa sadar tanganku langsung merabanya dan aku juga mencium serta mengulumnya dari balik bh. Tanganku mencoba turun ke bawah dan membuka celana pendek yang ia kenakan. Kini Luna tinggal memakai celana dalam dan bh saja. Luna juga aktif melepas kaos dan celana yang aku kenakan. Kini aku hanya mengenakan celana dalam saja.
Lama kita berguling-guling dan saling membangkitkan nafsu, aku mulai membuka bh dan celana dalam yang Luna kenakan. Aku sangat kagum melihat tubuh dia yang polos tanpa tertutup sehelai benang pun. Kedua bukit indahnya menjadi sasaran utamaku. Kuremas, kucium, kuraba, dan kukulum. “Aghhhh..Ohhhhhh..Yeahhhh..Mahesa”, desahnya. “Kamu cantik banget Luna..Ahhhhh..Nghhhh”, balesku.
Dibukanya celana dalamku, sontak langsung menyembullah batangku yang sedari tadi sudah tegang. Di kocoknya dan dan dikulum batangku sehingga membuatku terbang melayang. “Nikmat sekali Luna..Ohhhh..Yeahhhh”, kataku. Karena sudah saking nafsunya, kutidurkan Luna dan kukocok batangnya yang sedari tadi sudah tegang juga.
“Enak..Ahhhhh..Oghhhh..Terus..Ahhhh’, katanya.
Melihat Luna keenakan, aku percepat kocokanku pada batangnya sehingga desahannya semakin keras. Tidak lama kemudian Luna mulai menggelinjang, pertanda dia mau orgasme, kupercepat lagi tempo kocokanku. “Mahesaaaaaaa..Aghhhhhhhhh”, desahnya keras.
Croot..croot..croooot, muncratlah cairan surga Luna di tangan dan perutku. Luna mendadak lemas dan tersenyum puas, aku bahagia melihat dia terpuaskan. Kubiarkan dia istirahat sejenak sembari menikmati sisa-sisa surga dunia yang baru dia raih.
Setelah kurasa cukup, aku langsung mengambil posisi di antara selangkangannya. Ku arahkan batangku ke lubang surganya. Perlahan kudorong dan agak sempit untuk bisa menembus lubang surganya. Kucoba terus mendorong hingga “BLESSS” amblaslah batangu di lubang surganya. Kudiamkan sejenak lalu mulai ku pompa.
Awalnya Luna agak meringis merasa kesakitan, tapi lama-lama dia bisa merasakan sensasi nikmat. “Aghhhhh..SShhhhh..Yeahhhh’, desahku.
20 menit aku menikmatinya dengan gaya biasa, kini aku minta Luna untuk nungging, aku berganti gaya doggy style. Kukocok lubang surganya dari belakang.
“Iya begitu..enak sayang..Aghhhh”, desahnya.
“Aghhhh..kamu cantik banget Lunaku”, balesku.
15 menit dalam posisi doggy style membuatku sudah tidak bisa menahan untuk mencapa orgasme.
“Sayang, aku mau keluar, keluarin dimana..Oghhhh”, tanyaku.
“Di dalam saja sayang lebih nikmat..A www..Ohhhh”, balesnya.
Beberapa detik kemudian croot..croot..croooot, muncratlah laharku didalam lubang surganya. Kudiamkan batangku disana hingga mengecil dan keluar sendiri.
“Aku minta maaf Luna”, kataku lirih.
“Tidak apa-apa Mahesa, ini kita lakukan karena naluri”, jawabnya. “Terimakasih ya sayang”, balesku.
“Iya sayang”, balesnya.
Kami tidur berpelukan sampai pagi, hingga keesokan harinya aku berpamitan pulang kepada Luna. Tapi sebelumnya kita berjanji untuk secepatnya bertemu kalau ada waktu. Sebelum pulang aku mencium keningnya dengan hangat.
“Terimakasih Luna, aku sayang kamu”, kataku
. “Iya Mahesa, aku juga sayang kamu”, balesnya
. Akupun pulang dengan tidak semangat, karena harus meninggalkan Luna.
Dengan berat hati aku meninggalkan dia untuk waktu yang lama, atau bahkan mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi. Hari-hari selanjutnya setelah aku menetap di Jogja, kita tidak pernah ada contak lagi, maklum waktu itu handphone atau media sosial belum terlalu marak, pikirku mungkin memang sudah takdirnya kita harus loscontak dan hanya bisa memendam kenangan kebersamaan itu dalam sweet memory.
Kiti aku sudah duduk di bangku perguruan tinggi, memory dulu yang sempat aku pendam kembali muncul di peredaran otakku. Rasanya ingin sekali tau kabar dan keadaan kawanku itu sekarang. Di jaman yang sekarang sudah sangat modern dengan segala sesuatunya dimudahkan oleh alat komunikasi dan media sosial, aku mencoba memanfaatkannya. Kucari kawanku itu melalui facebook, twitter, instagram, dan berbagai macam media sosial lainnya. Namun alhasil aku belum bisa menemukannya.
Sampai suatu hari aku iseng-iseng masuk forum perkumpulan waria di salah satu media sosial facebook, aku menemukan sosok waria yang sangat ayu dan mempesona, menurut taksiranku usianya sepantar denganku. Aku mencoba untuk menginbox dia dengan tujuan mengenalnya. Namun sayang dia tidak membalas inboxku sama sekali, yasudah lah tidak apa-apa, batinku. Seminggu setelah aku menginbox dia, ternyata dia membalasnya, “Kamu Mahesa teman akrabnya *sensor* waktu kecil ya?”, itulah balasan inbox dari dia pertama kali. Aku kaget kok dia bisa tau nama kawan kecilku dulu.
Setelah kita mengobrol cukup banyak, ternyata dia itu kawan kecilku dulu, kawan yang selalu bersama dalam menghabiskan waktu bermain. Aku sempat tidak percaya, kawanku itu sekarang menjadi seorang waria yang cantik, anggun, dan mengenakkan mata memandang. Buatku sih tidak masalah, yang terpenting tali persahabatan kita tidak akan pernah putus. Setelah kita melepas kangen lewat inbox, dan juga banyak cerita tentang kehidupan kita masing-masing selama terpisah, akhirnya kita kita sepakat untuk bertemu untuk saling jumpa kangen. Dan dari pengakuannya sekarang kawanku itu kost di cimahi. Aku berniat mengunjunginya pada liburan semester ini.
Singkat cerita, waktu itu pun tiba, aku berniat ke cimahi selama seminggu untuk menemui kawanku itu. Setelah sampai disana, aku mencari alamat kostnya yang di kasihkan dia waktu itu. Kutemukan alamatnya di salah satu kost yang kelihatannya termasuk kost elit. Aku mencoba mengetuk pintu salah satu kamar dari kost itu. Kaget bukan main, ketika pintu kamar di buka, seorang berparas cantik langsung memelukku.
“Mahesa, aku kangen sama kamu”, katanya dalam pelukku. “A..aaa..aa..a..maaf”, balesku terbata-bata. “Ini aku Mahesa, temanmu waktu kecil dulu”, jawabnya sembari melepas pelukan.
Sejenak aku pandangi tubuh dia dari ujung kaki sampai ujung rambut, waktu itu ia mengenakan celana pendek ketat dan tangtop. “Kamu berubah banget”, kataku.
“Aku yang sekarang memang beda, tapi aku harap kamu tidak membenciku”, balesnya.
“Hehehe, siapa juga yang membencimu, pokoknya sampai kapanpun kita temenan”, kataku.
Dia tersenyum dan mengajakku masuk ke kamar kosnya. Di dalam semuanya tertata sangat rapi dan wangi. Kupandangi foto-fotonya yang tertempel di dinding, dan dalam batinku aku mengatakan “Ternyata kamu cantik, bahkan lebih dari cantik”. Memang sungguh dia sekarang sangatlah cantik, ditambah putih dan juga kedua buah dadanya yang menonjol pasti membuat pria sulit untuk membedakan waria dan wanita. Aku baru tau sekarang dia ganti nama menjadi LUNA.
Singkat cerita, sudah hampir seminggu aku tinggal di situ. Ngobrol bareng, becanda bareng, makan bareng, dan bahkan tidur bareng juga dalam seranjang. Namun kita tidak melakukan hal yang intim selama itu, karena selain kita sahabatan, dalam hati kecilku pun tidak ada niat sedikitpun untuk memanfaatkan tubuh Luna. Entah bisikkan darimana kejadian itu terjadi juga. Waktu itu adalah malam terahir aku nginap di kostnya. Sebelum tidur kita ngobrol ngalor ngidul sampai tiba-tiba dia memelukku dan menangis. Setelah kutanya kenapa Luna menangis, dia menjawab kalau beberapa minggu lalu baru saja di tinggal kekasihnya. Aku mencoba menenangkan hatinya dan menghapus air matanya. “Aku harap kamu jangan sampai ninggalin aku juga ya Mahesa”, katanya lirih.
“Iya, kita bakal sahabatan sampai bulan dan bintang hilang senyumnya”, balesku. “Terimakasih Mahesa”, kata Luna tersenyum. Tiba-tiba suasana terasa sunyi, namun mata kami saling menatap dalam-dalam. Entah siapa yang mulai duluan bibir kami sudah saling bertemu begitu saja. Secara refleks tanganku juga tidak tinggal diam, kuraba kedua buah dada Luna yang sangat indah itu. Luna hanya mendesah dan menggelinjang kecil. Malam itu ia mengenakan celana pendek ketat dan kaos singlet. “Enggghhhh..Aghhhhhh”, desahannya lirih. Tangan Luna juga tidak tinggal diam, ia mencoba mencari tonjolan yang ada di selangkanganku.Dia mencoba mengusap-usap lembut batangku dari luar celana. Kulepaskan ciumanku di bibirnya seraya berkata.
“Seharusnya ini tidak boleh terjadi Luna”, kataku.
“Aku sayang kamu Mahesa”, katanya dengan mata sayup.
Mendengar katanya membuatku terlena dengan yang seharusnya tidak kita lakukan. Bibir kita kembali bertemu cukup lama.
Tiba-tiba dia melepas kaos singletnya, terpampanglah kedua bukit indahnya yang masih di balut bh. Tanpa sadar tanganku langsung merabanya dan aku juga mencium serta mengulumnya dari balik bh. Tanganku mencoba turun ke bawah dan membuka celana pendek yang ia kenakan. Kini Luna tinggal memakai celana dalam dan bh saja. Luna juga aktif melepas kaos dan celana yang aku kenakan. Kini aku hanya mengenakan celana dalam saja.
Lama kita berguling-guling dan saling membangkitkan nafsu, aku mulai membuka bh dan celana dalam yang Luna kenakan. Aku sangat kagum melihat tubuh dia yang polos tanpa tertutup sehelai benang pun. Kedua bukit indahnya menjadi sasaran utamaku. Kuremas, kucium, kuraba, dan kukulum. “Aghhhh..Ohhhhhh..Yeahhhh..Mahesa”, desahnya. “Kamu cantik banget Luna..Ahhhhh..Nghhhh”, balesku.
Dibukanya celana dalamku, sontak langsung menyembullah batangku yang sedari tadi sudah tegang. Di kocoknya dan dan dikulum batangku sehingga membuatku terbang melayang. “Nikmat sekali Luna..Ohhhh..Yeahhhh”, kataku. Karena sudah saking nafsunya, kutidurkan Luna dan kukocok batangnya yang sedari tadi sudah tegang juga.
“Enak..Ahhhhh..Oghhhh..Terus..Ahhhh’, katanya.
Melihat Luna keenakan, aku percepat kocokanku pada batangnya sehingga desahannya semakin keras. Tidak lama kemudian Luna mulai menggelinjang, pertanda dia mau orgasme, kupercepat lagi tempo kocokanku. “Mahesaaaaaaa..Aghhhhhhhhh”, desahnya keras.
Croot..croot..croooot, muncratlah cairan surga Luna di tangan dan perutku. Luna mendadak lemas dan tersenyum puas, aku bahagia melihat dia terpuaskan. Kubiarkan dia istirahat sejenak sembari menikmati sisa-sisa surga dunia yang baru dia raih.
Setelah kurasa cukup, aku langsung mengambil posisi di antara selangkangannya. Ku arahkan batangku ke lubang surganya. Perlahan kudorong dan agak sempit untuk bisa menembus lubang surganya. Kucoba terus mendorong hingga “BLESSS” amblaslah batangu di lubang surganya. Kudiamkan sejenak lalu mulai ku pompa.
Awalnya Luna agak meringis merasa kesakitan, tapi lama-lama dia bisa merasakan sensasi nikmat. “Aghhhhh..SShhhhh..Yeahhhh’, desahku.
20 menit aku menikmatinya dengan gaya biasa, kini aku minta Luna untuk nungging, aku berganti gaya doggy style. Kukocok lubang surganya dari belakang.
“Iya begitu..enak sayang..Aghhhh”, desahnya.
“Aghhhh..kamu cantik banget Lunaku”, balesku.
15 menit dalam posisi doggy style membuatku sudah tidak bisa menahan untuk mencapa orgasme.
“Sayang, aku mau keluar, keluarin dimana..Oghhhh”, tanyaku.
“Di dalam saja sayang lebih nikmat..A www..Ohhhh”, balesnya.
Beberapa detik kemudian croot..croot..croooot, muncratlah laharku didalam lubang surganya. Kudiamkan batangku disana hingga mengecil dan keluar sendiri.
“Aku minta maaf Luna”, kataku lirih.
“Tidak apa-apa Mahesa, ini kita lakukan karena naluri”, jawabnya. “Terimakasih ya sayang”, balesku.
“Iya sayang”, balesnya.
Kami tidur berpelukan sampai pagi, hingga keesokan harinya aku berpamitan pulang kepada Luna. Tapi sebelumnya kita berjanji untuk secepatnya bertemu kalau ada waktu. Sebelum pulang aku mencium keningnya dengan hangat.
“Terimakasih Luna, aku sayang kamu”, kataku
. “Iya Mahesa, aku juga sayang kamu”, balesnya
. Akupun pulang dengan tidak semangat, karena harus meninggalkan Luna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar