Selasa, 19 Mei 2015

Cerita Sex Waria Nikmatnya Bu Handayani Part 1

Perkenalkan namaku Johan, saat ini aku bekerja sebagai kontraktor di salah satu perusahaan bonafid di Jakarta. Usiaku saat ini menginjak 27 tahun, meskipun di usia ini aku terbilang sudah cukup mapan namun aku masih saja sendiri menjalani hari-hari. Aku memang belum ingin mengahiri masa lajangku, karena aku masih ingin menikmati indahnya dunia dengan kebebasanku sendiri. Memang sih teman-temanku banyak yang menanyakan kapan aku kawin, tapi aku sama sekali tidak terganggu dengan seringnya pertanyaan itu. Buatku kawin itu nomer 2, nomer 1 ada calonnya dulu hehehe. Itulah sedikit mengenai diriku, langsung saja kita ke topik utama. Aku sebenarnya asli Yogyakarta, namun karena tuntutan pekerjaan akhirnya aku menetap di Jakarta. Meskipun demikian, aku juga masih sering mengunjungi kampung halamanku untuk sekedar mengobati rindu kepada keluarga tercinta. Di Jakarta aku tinggal sendiri di kontrakan yang lumayan asri. Kontrakanku terdiri dari 2 kamar tidur, ruang tamu, dapur, teras dan kamar mandi. Untuk fasilitas di dalamnya bisa dibilang lengkap, karena sengaja aku menyewa kontrakan yang sedikit mahal. Tinggal sendiri di kontrakan itu kadang membuatku merasa sepi, tapi apa boleh buat kunikmati saja dengan senang hati. Dua bulan pertama disana kehidupanku normal-normal saja, aku juga sudah mulai merasa betah dan nyaman untuk tinggal sendirian jauh dari keluarga. Aku menyadari kalau tinggal sendiri ternyata kita jadi lebih bebas mengekploitasikan ekspresi kita tanpa ada yang tau. Seperti kebiasaan baruku yaitu telanjang bulat tanpa tertutup sehelai benang pun. Memang setelah pulang dari kantor aku selalu menutup rapat pintu dan jendela kontrakanku, kemudian kulepas semua yang kukenakan lalu mandi membersihkan diri. Setelah mandi dan mengeringkan tubuhku tetap kubiarkan tubuhku telanjang bulat sampai pagi harinya, terkecuali kalau malam mau ada tamu. Sebagai laki-laki normal dan dewasa, kadang timbul gejolak nafsu dan gairah pada diriku. Dan kalau itu sudah melanda kusalurkan hasratku dengan onani. Mungkin aku bisa dikatakan bernafsu tinggi, karena dalam seminggu biasanya aku melakukan onani 3 sampai 4 kali. Sebenarnya dalam hati ingin merasakan nikmatnya senggama secara langsung, namun dengan siapa, semenjak lulus kuliah aku tidak pernah pacaran lagi. Kalau untuk jajan diluar aku belum punya nyali. Sampai suatu hari terjadi kejadian yang sama sekali tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Suatu malam yang dingin dan hujan yang sangat lebat, aku yang telanjang duduk sendiri di ruang tamu ditemani secangkir teh hangat dan rokok malboro, waktu itu jam di dinding menunjukan pukul 20.10 malam. Di sela-sela asyiknya menikmati rokok yang sedang kuhisap, tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara langkah kaki yang berhenti di teras. Bergegas aku mengenakan pakaian dan celana pendek karena kukira ada tamu. Setelah nunggu 10 menit tidak ada suara ketukan pintu, aku jadi curiga dan merasa was-was kalau yang di depan adalah maling. Dengan perlahan-lahan kudekati pintu itu dan kubuka dengan sangat pelan. Aku kaget campur heran, di sudut teras ada sosok seorang yang sedang berdiri dengan tas di lengannya. Dia berpakaian tangtop hijau yang dilapisi sweeter coklat dan bawahannya rok selutut. Kulihat dia basah kuyup dan menggigil. “Maaf mas numpang berteduh”, katanya. “I...ii...iiya nggak papa”, kataku. Aku tertegun, kulihat dia begitu cantik dan anggun, parasnya juga sangat keibuan. Aku jadi tidak tega melihat dia yang menggigil kedinginan. Aku berinisiatif mengajaknya masuk. “Maaf mbak, eh bu, mari masuk aja nanti masuk angin”, kataku. “Nggak usah mas, saya nggak enak”, balesnya. “Tapi ini hujannya deras banget, baju dan rok ibu juga basah, sudah mari masuk aja, lagian aku tinggal sendiri kok”, balesku. “Tapi mas . . .”, katanya. “Sudah nggak usah tapi-tapian, mari . .”, sambungku. Akhirnya ibu itu mau kuajak masuk, aku tidak tega kalau mendiamkan dia kedinginan di luar. Aku baru tau ternyata beliau adalah waria. Awalnya aku tidak menyangka dia waria, karena dari parasnya begitu anggun dan lembut layaknya wanita seutuhnya. Setelah kuajak masuk kuberikan dia handuk untuk mengeringkan rambut dan tubuhnya. “Kalau ibu mau mandi dan membersihkan diri kamar mandinya disana”, kataku sambil menunjuk kamar mandi. “Terimakasih mas, tapi saya nggak bawa pakaian ganti”, balasnya. “Pakai aja dulu pakaian aku bu, nanti tak ambilkan”, kataku. Kuambilkan kaos dan celana training serta celana dalamku. “Ini bu, tapi maaf aku nggak ada persediaan BH hehe”, kataku sambil menyodorkannya. “Hehe, nggak papa mas, ininya nggak usah aja, saya nggak enak sama mas”, katanya sambil mengembalikan celana dalamku. “Yasudah . .”, balasku. Bersambung ... Silahkan Baca selanjutnya Di Blog ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar